Koperasi Susu Tak Perlu Cemas Penyerapan Produk, Ada MBG
Kalut, PaFI Indonesia — Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi menyatakan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) tidak perlu khawatir terkait peluang penyerapan produk susu lokal, karena program makan bergizi gratis (MBG) yang akan dimulai pada Januari 2025 bakal membutuhkan pasokan untuk kebutuhan 15 juta penerima manfaat.
“Tidak perlu takut soal pasar, kan sudah diciptakan dengan adanya program MBG ini. Justru kita saat ini kekurangan pasokan susu, maka kita akan amankan produksi susu dalam negeri untuk kebutuhan MBG,” kata Budi Arie dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan data GKSI, seperti dikutip dari Antara, rata-rata produksi harian susu segar mencapai 1,23 juta liter per hari, sementara kebutuhan program MBG sekitar 3 juta liter per hari.
Meski demikian, Budi Arie menekankan bahwa para peternak sapi perah dan pengelola koperasi susu juga harus dapat memastikan kualitas susu yang dihasilkan terjamin dan harganya bisa bersaing.
Budi Arie mengatakan upaya peningkatan produktivitas susu saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan,
salah satunya adalah penurunan jumlah populasi sapi secara signifikan.
Sebelum merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK), populasi sapi mencapai 239.196 ekor, tapi kini berkurang menjadi 214.878 ekor.
Ia juga menyatakan Kemenkop akan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
para peternak sapi di Indonesia, serta akan langsung menyampaikan permasalahan ini kepada Presiden Prabowo Subianto agar ada kebijakan afirmatif.
Sekretaris GKSI Unang Sudarma mengatakan permasalahan yang seringkali
dihadapi oleh peternak sapi perah adalah tantangan dalam menjaga kualitas susu agar tetap segar. Pasalnya, susu harus disimpan dalam suhu dingin yang konsisten, yaitu 4 derajat Celsius, yang membutuhkan peralatan pendingin khusus.
Ia menyebut permasalahan lain yang dihadapi peternak sapi perah adalah minimnya minat generasi muda
untuk meneruskan usaha peternakan karena mereka lebih memilih bekerja di sektor formal. Kondisi ini menyebabkan populasi sapi perah semakin berkurang dan berdampak langsung pada penurunan produktivitas susu.