Bukalapak Bersuara soal Rumor Diakuisisi Aplikasi China Temu
Jakarta, Pafi Indonesia — Bukalapak buka suara soal kabar akan diakuisisi oleh marketplace asal China, Temu, yang ramai beredar belakangan ini.
Sekretaris Bukalapak Cut Fika Lutfi mengatakan pihaknya tidak mengetahui soal rencana tersebut.
“Perseroan tidak mengetahui informasi terkait rencana akuisisi Perseroan oleh E-commerce dari TEMU (perusahaan dari Cina),” katanya dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (8/10).
Ia menambahkan Bukalapak akan mengumumkan informasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku jika menerima informasi yang telah diverifikasi kebenarannya atas rencana akuisisi tersebut.
Terkait kenaikan harga saham Bukalapak pada 7 Oktober setelah ramai dikabarkan akan diakuisisi Temu,
ia mengatakan hal tersebut belum diverifikasi kebenarannya dan tidak pernah dikonfirmasi oleh manajemen perseroan.
Spekulasi pasar, sambungnya, berada di luar kendali perseroan. Oleh karenanya, Bukalapak mengimbau agar para pemegang saham publik dan investor dapat memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan sebelum membuat keputusan investasi.
“Tidak ada informasi atau kejadian penting lainnya yang material
dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perseroan serta dapat mempengaruhi harga saham perseroan yang belum diungkapkan kepada publik,” katanya.
Aplikasi asal China Temu telah beberapa kali mencoba masuk ke pasar Indonesia tetapi ditolak oleh pemerintah karena mengancam UMKM dalam negeri. Model bisnis Temu disebut dilarang di Indonesia karena menghubungkan produsen dan konsumen akhir secara langsung.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim mengatakan model bisnis penjualan produk langsung dari pabrik ke konsumen atau factory to consumer (F to C) bertentangan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan.
“Factory to consumer tidak cocok dengan kebijakan di Indonesia. Jadi setiap kegiatan dari factory ke konsumer harus ada perantaranya, harus ada distributor. Jadi tidak bisa dari pabrik ke consumer,” imbuhnya.
Hal tersebut kemudian memicu spekulasi bahwa Temu berpotensi mengakuisisi Bukalapak supaya mendapatkan izin dari pemerintah, mirip strategi yang dilakukan Tiktok dan Tokopedia.
Usai rumor itu beredar, saham Bukalapak (BUKA) melonjak. Melansir CNBC, pada perdagangan Senin (7/10) hingga pukul 14.00 WIB,
saham BUKA naik signifikan 26,96 persen ke posisi Rp146 per lembar. Harga saham sempat menguat hingga 30 persen dan mencapai posisi tertinggi di Rp153 per saham secara intraday.
Sementara pada Rabu (9/10), saham BUKA berada di level Rp143 per lembar. Harga saham turun 2,72 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya.